Kebijakan Terbaru: Ekspor Pasir Laut Menjadi Kontroversi
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, kembali memberikan reaksinya terhadap kebijakan baru Presiden Jokowi yang memperbolehkan ekspor pasir laut. Reaksi ini disampaikan melalui sebuah cuitan di X, yang menjadi cuitan keduanya mengenai kebijakan ini.
Dalam respons kali ini, Susi Pudjiastuti hanya menyematkan beberapa emoji yang menggambarkan kesedihan tanpa kata-kata lebih lanjut.
Susi juga membagikan sebuah artikel mengenai bantahan Jokowi yang menanggapi kebijakan ekspor pasir laut tersebut. Namun, bantahan yang disampaikan oleh Presiden terlihat tidak memberikan rasa tenang bagi Susi Pudjiastuti. Ibu Susi yang baru saja menikahkan putrinya ini justru semakin resah.
Bantahan Jokowi mengenai perbedaan antara pasir laut dan sedimen menyimpulkan pandangan yang berbeda. Meski secara fisik mirip, Susi dan publik berpendapat bahwa pasir laut adalah hasil dari sedimentasi, sama seperti lumpur.
“Memang pembodohan rakyat,” komentar seorang warganet.
“Secara geologi semua pasir laut adalah hasil sedimentasi. Yang menarik dari sedimentasi pasir laut adalah kandungan mineral yang ada,” tambah warganet lainnya.
“Sedimen itu pasir yang tercampur lumpur dan mineral. Tapi yang diekspor hanya pasirnya. Siapa yang bisa memantau bahwa yang diambil hanya sedimen?” komentar warganet lain.
Ada pula kekhawatiran di kalangan warganet mengenai dampak kebijakan ini terhadap keindahan dan keasrian laut, termasuk potensi kehilangan jati diri Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Ambilah sedimen itu, kemudian pasir pantai akan terkena abrasi gelombang, dan terjadi sedimen lagi. Keruk lagi, kirim ke luar. Begitu terus sampai pulau mengambil habis, wilayah orang tambah luas,” kritik salah satu warganet.
“Mengambil sedimen dapat mengubah batas tepi pantai dan memperkecil batas luar Indonesia, dengan risiko merusak ekosistem pesisir. Apa tidak terpikirkan hal itu?” kritik warganet lainnya.
“Padahal sedimen pasir itu banyak gunanya, salah satunya dapat mencegah erosi,” tambah komentar dari seorang warganet.