Metastasis kanker payudara HER2-Low masih menjadi istilah yang belum banyak dikenal di Indonesia. Namun, sekitar 60 persen penderita yang didiagnosis HER2-Negatif memiliki kadar HER2 yang rendah, yang dikenal sebagai HER2-Low.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik UI, Ikhwan Rinaldi, menjelaskan bahwa kanker payudara HER2-Low berbeda dengan kanker payudara yang memiliki status hormonal.
“Pasien dengan kadar HER2 rendah bisa saja memiliki status hormonal positif,” jelasnya, Kamis (20/9/2024).
HER2-Low biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan imunohistokimia (IHK) pada sampel biopsi, yang menunjukkan kadar protein HER2 rendah dengan nilai IHK 1+ atau 2+.
Kanker payudara HER2-Low sering kali terdeteksi pada tahap awal, tetapi penyebarannya bisa terjadi lebih cepat. Oleh karena itu, penanganan dini sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pengobatan untuk kanker payudara HER2-Low biasanya melibatkan terapi target antibodi seperti trastuzumab, yang dikombinasikan dengan kemoterapi Deruxtecan.
“Obat ini bekerja dengan menempel pada HER2, dan kombinasi tersebut bertujuan agar kemoterapi hanya menyerang sel kanker,” tambah Ikhwan.
Lebih lanjut, Ikhwan menjelaskan bahwa kanker payudara HER2-Low cenderung menyebar ke organ yang kaya akan pembuluh darah, seperti tulang, paru-paru, dan hati.
Faktor risiko yang memicu pertumbuhan sel kanker payudara ini termasuk hormonal, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok. Selain itu, faktor usia dan genetik juga turut berperan dalam risiko berkembangnya kanker payudara.
Gejala kanker payudara HER2-Low yang perlu diwaspadai antara lain munculnya benjolan, keluarnya cairan selain ASI seperti darah, perubahan pada bentuk payudara, iritasi, penebalan kulit, dan nyeri di area payudara.
“Jika ada tanda-tanda ini, segera periksakan ke dokter,” kata Ikhwan.
Pemeriksaan akan dilakukan melalui mamografi, USG, dan biopsi, serta bisa disertai MRI atau CT Scan untuk memastikan kondisi lebih lanjut.