Cegah Eklampsia Pada Kehamilan Sejak Dini, IDI Biak Berikan Informasi Pengobatan

Menurut informasi dari idibiak.org, salah satu gangguan kesehatan yang dapat diderita sebelum, selama, atau setelah persalinan adalah eklampsia. Tekanan darah tinggi dan protein dalam urine merupakan tanda komplikasi parah dari preeklampsia, yang dapat membahayakan ibu hamil.

IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia. IDI Biak menjelaskan bahwa faktor penyebab utama eklampsia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi penyakit ini biasanya terkait dengan riwayat kesehatan dalam keluarga atau keturunan. Untuk mencegah eklampsia, penting untuk menjaga asupan gizi yang baik selama kehamilan.

Ketua IDI Cabang Biak adalah dr. Irwan Tansil, Sp.Rad. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kesehatan, termasuk penyuluhan kesehatan dan pelayanan medis kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil. Ketua IDI Cabang Biak menjelaskan bahwa eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia yang ditandai dengan terjadinya kejang pada ibu hamil, sehingga lebih berbahaya.

IDI saat ini juga melakukan penelitian lanjutan mengenai penyakit eklampsia pada ibu hamil serta rekomendasi obat yang dapat diberikan kepada penderitanya.

Apa saja gejala ibu hamil mengidap penyakit eklampsia?

Menurut informasi, eklampsia pada ibu hamil adalah kondisi serius yang dapat terjadi selama kehamilan, ditandai dengan kejang yang biasanya mengikuti preeklampsia. Gejala eklampsia sering kali dimulai dari tanda-tanda preeklampsia sebelumnya. Berikut adalah gejala-gejala yang perlu diperhatikan:

1. Adanya kejang dan penurunan kesadaran
Gejala paling umum adalah kejang, yang dapat berupa satu atau lebih kejang yang berlangsung sekitar 60-75 detik dan biasanya dimulai dengan kedutan pada otot wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Ibu hamil mungkin mengalami kebingungan atau koma setelah kejang.
2. Sakit kepala dan nyeri di perut
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tekanan yang muncul di kepala atau leher. Hal ini dapat terasa seperti berdenyut, menekan, atau menusuk. Intensitas, lokasi, dan penyebab sakit kepala dapat berbeda. Sakit kepala yang tidak biasa dan terus-menerus, sering kali tidak merespons terhadap obat penghilang rasa sakit, selain itu penderita eklampsia akan merasakan nyeri tak tertahankan di area sekitar perut.
3. Pandangan buram disertai berat badan berlebih
Salah satu gejala eklampsia adalah gangguan penglihatan seperti kehilangan penglihatan, pandangan kabur, atau pandangan ganda. Selain itu, penderita mungkin mengalami sakit perut, terutama di bagian kanan atas dari tubuh mereka. Penambahan berat badan lebih dari 1 kg per minggu selama kehamilan juga dapat menjadi tanda berbahaya pada penderita eklampsia.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk penyakit eklampsia?

Pengobatan untuk eklampsia pada ibu hamil bertujuan untuk mengatasi kejang dan mengontrol tekanan darah, serta mempersiapkan persalinan jika diperlukan. Berikut adalah obat-obatan yang direkomendasikan untuk mengatasi eklampsia:

1. Obat Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat adalah obat utama untuk mengobati dan mencegah kejang eklampsia. Ini harus diberikan setidaknya satu hari setelah kejang atau setelah persalinan. Dosis awal intravena 4–6 gram dalam 15–20 menit dan dosis pemeliharaan 1–2 gram per jam.
2. Obat Labetalol
Labetalol adalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati preeklamsia dan eklampsia. Ini juga cocok untuk digunakan pada kehamilan dengan hipertensi.
3. Obat Kortikosteroid
Jika persalinan belum dilakukan dan janin belum cukup bulan, obat kortikosteroid dapat diberikan oleh dokter untuk membantu mempercepat pematangan paru-paru janin.

Pengobatan eklampsia memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi serius bagi ibu dan janin. Penggunaan obat-obatan ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk memastikan keamanan dan efektivitas.

Source link

Scroll to Top