Studi terbaru menunjukkan hubungan timbal balik antara diabetes tipe 2 dan asma. Para peneliti menemukan bahwa individu dengan diabetes hampir dua kali lebih berisiko terkena asma, dan orang dengan asma memiliki peluang 28 persen lebih tinggi untuk mengalami diabetes.
“Namun, bukti yang menghubungkan keduanya dan mekanisme di balik hubungan ini masih belum jelas, menekankan perlunya penelitian yang lebih komprehensif mengenai keterkaitan ini,” kata Dr. Nam Nguyen, pemimpin penelitian tersebut.
Angka kejadian asma dan diabetes tipe 2, yang merupakan masalah kesehatan umum, sedang meningkat di seluruh dunia.
“Kondisi ini berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang dan diperkirakan akan menciptakan beban medis dan ekonomi yang semakin meningkat,” tambahnya.
Untuk mengestimasi keterkaitan antara asma dan diabetes, para peneliti melakukan meta-analisis yang melibatkan data dari 17 juta peserta yang terlibat dalam 14 studi dan tinjauan sistematis terhadap empat basis data jurnal medis.
Hasil studi menunjukkan bahwa asma dan diabetes memiliki hubungan timbal balik.
Menurut hasil studi, individu dengan asma 28 persen lebih mungkin mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki asma.
Di sisi lain, individu dengan diabetes tipe 2 hampir dua kali lebih mungkin (83 persen lebih mungkin) terkena asma jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami diabetes tipe 2.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa hipertensi dan dislipidemia (kadar lemak darah yang tidak sehat seperti kolesterol) berkontribusi terhadap peningkatan risiko asma dan diabetes tipe 2.
Keparahan asma dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi, dan risiko ini meningkat seiring dengan tingkat keparahan asma. Namun, durasi asma tidak menunjukkan keterkaitan dengan risiko diabetes tipe 2.
Dr. Nguyen mendorong pasien dengan diabetes tipe 2 atau asma untuk lebih waspada dan menekankan pentingnya strategi pencegahan.
Strategi pencegahan bagi pasien asma mencakup skrining pra-diabetes dan penanganan kondisi tersebut sejak dini untuk menghindari munculnya diabetes tipe 2.
Para peneliti juga menyarankan agar penggunaan kortikosteroid sistemik dilakukan dengan hati-hati, karena dapat meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes.