Mantan Menteri Kesehatan, Prof. Dr.dr. Nila Moeloek menyoroti bahwa angka stunting di Indonesia hanya mengalami penurunan sebesar 0,1 persen dari tahun 2022 ke 2023. Ia mengungkapkan bahwa situasi ini berkaitan erat dengan banyaknya ibu hamil yang mengalami anemia, sehingga perlu intervensi melalui pemberian tablet tambah darah (TTD).
Temuan dan rekomendasi ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), yang mengidentifikasi beberapa penyebab stunting di berbagai daerah, terutama di wilayah terdepan dan terluar Indonesia.
Selain faktor gizi, terdapat tiga penyebab utama stunting di Indonesia, yaitu sanitasi yang buruk, kurangnya akses air bersih, dan anemia pada ibu hamil.
“Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah, yang meningkatkan risiko stunting hingga 2,39 kali lebih tinggi. Anemia juga berhubungan dengan kelahiran prematur, yang menambah kemungkinan anak mengalami stunting juga hingga 2,39 kali lebih besar,” jelas Prof. Nila, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif FKI di Jakarta Selatan, pada Kamis, 19 September 2024.
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Sehubungan dengan ini, Prof. Nila menekankan pentingnya melakukan skrining anemia pada ibu hamil sebagai prioritas untuk mencegah stunting. Ia juga menambahkan bahwa perempuan sebaiknya mulai mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) sejak remaja atau sebelum menikah untuk mencegah anemia saat hamil.
Sayangnya, meskipun program pemberian TTD telah ada sejak usia sekolah, masih terdapat ibu hamil yang enggan mengonsumsinya, yang disebabkan oleh stigma dan mitos yang beredar di masyarakat.
“Banyak yang mendapatkan serum, tetapi mereka ragu untuk meminum karena khawatir akan efek samping seperti bau atau masalah pencernaan,” ungkapnya.
Prof. Nila juga menjelaskan bahwa tablet tambah darah aman untuk dikonsumsi dan tidak akan merusak ginjal, asalkan dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Namun, jika ada yang tetap enggan mengonsumsi tablet tersebut, ia menyarankan untuk menggantinya dengan konsumsi protein hewani secara rutin untuk menunjang kesehatan.
“Tablet tambah darah ini sudah menjadi standar global. Jika tidak mau, pastikan untuk mengonsumsi protein tinggi, seperti daging sebanyak 200 hingga 300 gram sehari,” tambahnya.
Selain anemia, akses terhadap air minum yang bersih dan sanitasi yang layak juga berkontribusi pada risiko stunting. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya akses air bersih meningkatkan kemungkinan stunting hingga 1,42 kali lebih tinggi.
Selanjutnya, ketidakadaan fasilitas buang air besar, seperti septic tank, berpotensi meningkatkan risiko stunting hingga 1,27 kali lebih tinggi.